Kamis, 27 November 2014

HARI GURU NASIONAL

25 November diperingati sebagai hari guru nasional.. guru ? ya pahlawan tanpa tanda jasa. kenapa bisa disebut pahlawan tanpa tanda jasa, karena seberapa besarpun jasa yang guru berikan tidak akan mendapat tanda terima jasa, tidak pula pangkat bintang menempel di bahunya. Segitu besar jasa yang diberikan oleh guru, bahkan mungkin saya atau orang-orang yang diluar sana bisa membaca dan menulis tidak lepas dari jasa yang guru berikan dahulu. seseorang yang sangat berjasa dalam mencerdaskan generasi harusnya mendapatkan apresiasi yang sangat besar, bayangkan saja bila tidak ada guru bagaimana nasib generasi ini ? ya mungkin saja para orangtua dapat mengajarkan anaknya, tapi apakah bisa sesebar guru dalam mengajarkan baca tulis ? kali ini saya mau menulis kejadian nyata yang pernah saya lihat yang menimpa guru honorer..

Ibu melati mengajar disalah satu kota terpencil, kota yang sangat jauh dari ibu kota, kota yang mempunyai SDA sangat kaya tapi penduduknya masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan..
singkat cerita ibu melati adalah guru yang hanya tamatan SMA, lebih dari 10 tahun dia mengabdi untuk menjadi seorang guru sekolah dasar, dari pagi hingga sore dia mengajar di salah satu sekolah dasar milik pemerintah hanya untuk menjalankan niatnya mencerdaskan murid-muridnya, mungkin tak pernah ia bayangkan berapa banyak uang yang ia terima dari hasil mengajar itu. walaupun bu melati hanya lulusan SMA tapi pengetahuannya luas, ia juga seseorang yang pintar. Pernah saya bertanya kepada beliau "Bu melati maaf sebelumnya, kenapa ibu memilih mengajar, kenapa tidak mencari pekerjaan yang lain ?", lalu bu melati menjawab "saya mencintai anak-anak, saya mau anak-anak itu pintar dan saya mau berbagi ilmu dengan mereka." . lalu saya bertanya lagi, "apakah gaji yang ibu terima sesuai dengan jam kerja yang ibu keluarkan untuk mengajar?" bu melati menjawab "gaji saya memang tak sebesar pegawai kantor, gaji saya hanya Rp. 800.000,- sebulan, tapi itu tidak masalah karena gaji bukan tujuan utama saya, berapapun yang saya terima saya syukuri." terenyah hati saya mendengar jawaban bu melati, seseorang yang lebih dari 8 jam waktunya dihabiskan untuk mengajar tanpa mengharapkan imbalan yang besar, tak juga mendemo untuk meminta dinaikkan gajinya.. betapa mulianya bu melati ini. nasib guru honorer memang tak "seenak" guru PNS tapi bu melati mengajarkan bahwa sekalipun dia guru honerer dia tidak asal-asalan dalam mengajar. cuma berharap suatu saat nanti pemerintah sadar betapa berharganya seorang guru, tidak membedakan guru honorer dengan guru PNS dan lebih mensejahterkan lagi kehidupannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar