Jumat, 06 Juni 2014

Desisit BOP



“Apabila terjadi defisit terhadap neraca transaksi berjalan, apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dilakukan pemerintah dalam mengatasinya ?”
Pengertian Defisit Neraca Transaksi Berjalan
Sebelum membahas masalah ini lebih jauh saya akan membahas tentang neraca transaksi berjalan adalah suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu Negara dengan penduduk Negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya dalam kurun waktu satu tahun). Neraca transaksi berjalan mencakup pembelian dan penjualan barang dan jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing dan transaksi finansial. Dua neraca penting dalam neraca transaksi berjalan adalah neraca perdagangan dan neraca keseluruhan. Neraca perdagangan menunjukkan perimbangan antara ekspor dan impor sedangkan neraca keseluruhan menunjukkan perimbangan antara keseluruhan aliran pembayaran ke luar negeri.
Arti dari defisit neraca transaksi berjalan adalah pembayaran ke luar negeri lebih besar daripada penerimaan dalam negeri. Dan salah satu faktor yang menyebabkan defisit neraca transaksi berjalan adalah ekspor dan impor (ekspor lebih besar daripada impor)  dan faktor lainnya yang menyebabkan defisit neraca transaksi berjalan adalah pengaliran modal keluar negeri. Transaksi ekspor dan impor barang dalam neraca transaksi berjalan didasarkan atas dokumen kapabean dari ditjen Bea dan Cukai defisit dari neraca transaksi berjalan akan mengakibatkan sistematik terhadap perekonomian dalam suatu Negara. Defisit neraca transaksi berjalan yang didominasi dari ekspor yang lebih besar daripada impor maka dapat mengakibatkan pada menurunnya kegiatan ekonomi dalam negeri karena konsumen membeli barang bukan buatan dalam negeri melainkan barang luar negeri (impor) akibat dari transaksi tersebut akan meningkatkan harga valuta asing (valas) dan menyebabkan harga barang impor juga naik dan kegiatan ini berdampak pada kegiatan ekonomi dalam negeri akan terhambat karena kegairahan pengusaha untuk menanamkan modal ke dalam negeri akan menurun.
Beberapa hal yang menyebabkan neraca transaksi berjalan defisit / surplus neraca transaksi berjalan, antara lain :
1.    Cyclical disequilibrium. Ada dua hal yang dapat menyebabkan ini. Pertama, siklus bisnis/ekonomi yang berbeda antar negara. Kedua, negara-negara memiliki elastisitas permintaan pendapatan atau elastisitas permintaan harga (price elastisity of demand) yang berbeda.
2.    Secular disequilibrium. terjadi karena perubahan ekonomi yang mendalam selama jangka waktu yang cukup lama. perubahan ekonomi ini biasanya disebabkan adanya fase perpindahan dari satu tahap pertumbuhan ke tahap yang lain.
3.    Structural disequilibrium. Ini terbagi menjadi dua :
Disequilibrium pada level barang dan jasa. Terjadi ketika perubahan permintaan atau penawaran terhadap ekspor ataupun impor merubah kondisi equilibrium yang telah ada. Bisa juga terjadi ketika pendapatan banyak dihabiskan di luar negeri.

Disequilibrium pada level faktor (harga faktor). Terjadi ketika harga faktor (misalnya tenaga kerja) tidak sesuai dengan kondisi faktor endowment di suatu negara. Misalnya jika upah tenaga kerja terlalu tinggi, maka perusahaan akan cenderung mencari negara lain untuk berproduksi, tentunya yang biaya tenaga kerjanya lebih murah. Atau, impor akan barang/jasa yang membutuhkan banyak tenaga kerja seandainya diproduksi didalam negeri akan diperbanyak. Ini akan mengakibatkan defisit pada Neraca Transaksi Berjalan dan pengangguran di dalam negeri.

Dampak Neraca Pembayaran Defisit
Apabila neraca pembayaran suatu Negara mengalami defisit, maka dampak yang akan terjadi sebagai berikut:
·         Produsen dalam negeri tidak adapat bersaing dengan barang-barang impor
·         Pendapatan Negara sedikit, sehingga utang Negara bertambah besar
·         Perusahaan banyak yang gulung tikar, sehingga pengangguran meningkat akibat dari PHK
Ketiga dampak di atas disebut pengaruh deflatoir yang mendorong/ menjurus ke arah penurunan harga (deflasi).

Kebijakan untuk Mengurangi Defisit neraca transaksi :
1.    Devaluasi, yaitu dengan menurunkan kurs tukar. Penurunan kurs tukar berarti harga barang ekspor akan lebih murah bagi konsumen luar negeri (karena kurs tukar kita melemah), dan sebaliknya harga barang impor akan menjadi mahal bagi konsumen dalam negeri. Ini akan mendorong ekspor dan menurunkan impor, sehingga pada akhirnya dapat memperbaiki defisit pada Bop.
2.    Deflasi, yaitu dengan menurunkan tingkat harga umum (deflasi terjadi ketika tingkat inflasi adalah minus). Dengan tujuan untuk menurunkan permintaan agregat, pemerintah akan menaikkan pajak atau suku bunga. Naiknya pajak akan menggerus daya beli masyarakat, sedangkan naikknya suku bunga akan mendorong masyarakat untuk menabung (sehingga konsumsi berkurang). Ketika konsumsi berkurang, impor diharapkan ikut berkurang dan mengurangi defisit. Namun kebijakan ini sangat bergantung pada elastisitas permintaan akan barang impor. Selain itu, juga dapat bertentangan dengan kebijakan makro ekonomi lainnya karena dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan menambah pengangguran.
3.    Kebijakan supply side, yaitu kebijakan dari sisi penawaran dalam suatu perekonomian. Caranya adalah dengan memanipulasi sisi penawaran (produksi) sehingga dalam jangka panjang akan meningkatkan kekompetitfan ekonomi dan ekspor negara.
4.    Proteksionisme. Misalnya dengan menaikkan tarif/cukai, memberlakukan kuota, persyaratan impor yang ketat, syarat kandungan impor, dls. Intinya adalah untuk melindungi industri dalam negeri. Dampak negatifnya, kebijakan ini dapat menghambat produksi dalam negeri sehingga potensi ekspor ikut turun. Selain itu, industri lokal mungkin menjadi kurang kompetitif karena diproteksi.

Hal-hal yang harus diperhatikan pemerintah untuk mengatasi Defisit Neraca Transaksi berjalan
Menurut saya tidak adil rasanya kalau defisit neraca transaksi berjalan hanya lah pekerjaan rumah pemerintah dalam sebuah Negara, coba saja dilihat dari salah satu faktor penyebabnya (ekspor lebih besar daripada impor) kenapa bisa terjadi hal ini ? karena sebagian masyarakat menilai barang impor itu adalah “barang wah” dengan brand yang terkenal dan lain sebagainya. Seseorang akan merasa bangga ketika memiliki atau menggunakan barang impor. So, yang harus dirubah adalah pola hidup masyarakatnya (dimulai dari diri sendiri) ketika pola hidup masyarakat sudah berubah lalu langkah selanjutnya adalah pemerintah harus mencukupi posakan permintaan barang-barang dalam negeri tanpa harus mengimpornya, kalau sudah terjadi kegiatan yang seperti ini adalah ruang gerak untuk impor semakin kecil. Sebagai mahasiswi tingkat akhir saya mempunyai padangan yang mungkin sulit untuk diterima, saya tidak setuju apabila yang terjadi dari suatu Negara entah defisit atau surplus dari neraca transaksi berjalan atau apapun itu menjadi salah pemerintah atau menjadi tugas pemerintah, coba dilihat lagi bagaimana kualitas gaya hidup masyarakatnya. Jadi bukan hanya pemerintah saja yang mempunyai pekerjaan rumah untuk membantu mengatasi defisit BOP sebenarnya secara tidak langsung pun masyarakat ikut berperan dalam mengatasi deficit neraca berjalan.



Sumber :
3.    http://ernirahmawati.wordpress.com/2011/03/10/neraca-pembayaran/

Kamis, 05 Juni 2014

Defisit APBN



Chintia Rajab
2a213155
4EB25

“ apabila terjadi defisit anggaran belanja Negara maka cara terbaik untuk menutupi kekurangan tersebut adalah”

Pertama kali yang menurut saya harus diketahui adalah tentang apa itu defisit dan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Defisit adalah kekurangan dalam kas keuangan. Defisit biasa terjadi ketika pemerintah memiliki pengeluaran lebih banyak daripada penghasilan. sedangkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). Defisit merupakan suatu kondisi di mana anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) mengalami ketimpangan antara jumlah anggaran belanja pembangunan dan pendapatan (penerimaan negara). Hal demikian terjadi disebabkan tabungan pemerintah tidak mampu memenuhi jumlah anggaran belanja pembangunan.

Ada beberapa cara untuk menutupi defisit dengan cara:
Kebijakan dari sisi pembiayaan:
1.      Apabila defisit dibiayai oleh pinjaman Bank Sentral (Bank Indonesia)- penerbitan mata uang - maka tekanan inflasi harga mata uang mulai muncul sebagai akibat adanya alat pembayaran yang berlebih daripada penawaran yang ada. Adapun dalam sistem perekonomian yang terhubung dengan perdagangan internasional melalui ekspor dan impor, kelebihan konsumsi pemerintah dapat ditutupi oleh impor. Di sini, metode penanganan defisit juga berdampak besar terhadap konsekuensi yang muncul. Yaitu, apabila penanganan defisit anggaran ditutupi dengan penerbitan uang baru (ekspansi moneter) akan menyebabkan inflasi dan merosotnya nilai kurs mata uang lokal di hadapan mata uang asing. Pada akhirnya, penurunan kurs (nilai mata uang) juga akan meningkatkan defisit anggaran yang justru mempersulit penanganan defisit anggaran. Hal inilah yang membuat cara seperti ini tidak dapat diterapkan secara kontinyu dalam kebijakan ekonomi. Oleh karena itu, ajakan untuk mencapai stabilitas harga dan tukar selalu terfokus pada penyeimbangan pertumbuhan pertukaran uang, yang juga selalu terfokus pada keharusan penyeimbangan antara anggaran suatu negara dengan tidak menutupi defisit anggarannya dengan instrumen moneter.

2.      Pembiayaan luar negeri bersih adalah semua pembiayaan yang berasal dari penarikan utang/pinjaman luar negeri yang terdiri dari pinjaman program dan pinjaman proyek, dikurangi dengan pembayaran cicilan pokok utang/pinjaman luar negeri. Pinjaman program adalah nilai lawan rupiah dari pinjaman luar negeri dalam bentuk valuta asing yang dapat dirupiahkan. Sedangkan Pinjaman proyek adalah pinjaman luar negeri yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan tertentu. Kerugian dari pinjaman luar negeri adalah kurs mata uang.

Kebijakan dari Sisi Pengeluaran:
1.      Mengurangi subsidi
Yaitu bantuan yang diambil dari anggaran negara untuk pengeluaran yang sifatnya membantu konsumen untuk mengatasi tingginya harga yang tidak terjangkau oleh mereka agar tercipta kestabilan politik dan sosial lainnya, misalnya subsidi pupuk, subsidi bahan bakar minyak (BBM), subsidi listrik, dan lain sebagainya. Pada prinsipnya negara memberikan subsidi terhadap suatu barang, karena barang itu dianggap harganya terlalu tinggi dibanding dengan kemampuan daya beli masyarakat. Agar tidak terjadi gejolak di masyarakat, maka negara mengeluarkan dana untuk mensubsidi barang tersebut. Subsidi itu dilakukan dengan beberapa cara, misalnya : i). memberikan subsidi kepada konsumen dengan cara memberikan subsidi harga barang-barang yang dikonsumsi; ii). memberikan subsidi kepada produsen, yaitu memberikan subsidi pada bahan baku yang dipergunakan untuk memproduksi barang tersebut. Kalau pengeluaran subsidi itu dikurangi akan berakibat pada kenaikan harga barang yang diberi subsidi itu.
2.      Penghematan pada setiap pengeluaran baik pengeluaran rutin maupun pembangunan
Penghematan pada pengeluaran rutin dilakukan oleh departemen teknis, misalnya untuk pengeluaran listrik, telepon, alat tulis, perjalanan dinas, rapat-rapat, seminar, dan sebagainya tanpa mengurangi kinerja dari departemen teknis yang bersangkutan.
3.      Menseleksi sebagian pengeluaran-pengeluaran pembangunan
Pengeluaran pembangunan yang berupa proyek-proyek pembangunan diseleksi menurut prioritasnya, misalnya proyek-proyek yang cepat menghasilkan. Proyek-proyek yang menyerap biaya besar dan penyelesaiannya dalam jangka waktu yang lama, sementara ditunda pelaksanaannya.
4.      Mengurangi pengeluaran program-program yang tidak produktif dan tidak efisien
Program-program semacam itu adalah program-program yang tidak mendukung pertumbuhan sektor riil, tidak mendukung kenaikan penerimaan pajak, dan tidak mendukung kenaikan penerimaan devisa. Pemotongan program-program ini harus dilakukan dengan hati-hati. Pemotongan pengeluaran tanpa memperbaiki produktivitas program, berarti akan ada kecenderungan akan menurunnya kualitas dan kuantitas output.

Tetapi sebagai mahasiswa yang kadang-kadang memperhatikan APBN Indonesia saya punya beberapa masukan untuk menutupi defisit APBN, pertama kali yang harus diperhatikan pemerintah adalah mengapa hampir setiap tahun APBN kita selalu mengalami defisit, tidak bisa kah surplus ? apa yang salah dari sistem penyusunan tersebut ? terlalu banyak kah pemerintah membeli barang-barang untuk kebutuhan negara yang sebetulnya belum dibutuhkan Negara. Atau ada aspek-aspek lain yang mengakibatkan defisit?
Jadi harusnya pemerintah bisa lebih tegas dalam penyusunan APBN jangan selalu “besar pasak daripada tiang” sesuaikanlah antara pendapatan dengan pengeluaran.
Lalu dari segi pendapatan (pajak) seharusnya pemerintah lebih bisa lagi menegaskan masalah pajak lebih memaksimalkan lagi masalah penerimaan pembayaran pajak karena pajak adalah kontribusi yang sangat besar dalam pendapat negara.
Hindari pinjaman luar negeri, karena pinjamana itu akan semakin menyengsarakan Negara termasuk masyaraka, karena dibebani oleh bunga yang begitu besar. Sekarang ini pemerintah sering sekali melakukan pinjaman luar negaeri yang mengakibatkan hutang luar negeri kita sangat tinggi lebih dari 2000T,  tanpa mereka pikirkan bagaimana cara membayarnya.
Solusi yang tepat menurut saya adalah benahi manajemen pemerintah dalam menyusun APBN, lakukan hal-hal yang penting yang harus dilakukan dalam tahun yang bersangkutan. Hindari pembelian-pembelian barang yang sekiranya belom dibutuhkan.